Upaya Masyarakat: Sisa Thrifting Masih Berjalan Meskipun Dilarang
Sisaan dari thrifting merujuk pada
barang-barang pakaian yang tersisa dan tidak terjual atau
belum ditemukan oleh pembeli. Thrifting sendiri itu juga dapat disebut
sebagai kegiatan membeli barang bekas pakai, dengan catatan bukan berarti
kualitas barang yang dijual tidak begitu bagus.
Syahid Maulana, adalah salah satu karyawan
pedagang thrifting di Pasar Senen dan menjual fashion mulai dari celana, baju,
jaket, vest, dan lainnya. Ia
memperbaharui barang thriftingan yang diobral tiap seminggu sekali dengan
berbagai macam model agar pengunjung tidak cepat bosan. Dengan itu, thrifting
tidak mengurangi keestetikaan tren jaman sekarang, karena masyarakat ingin
berkontribusi pada gaya hidup berkelanjutan.
Dengan adanya pengolahan barang yang jarang laku pada toko Syahid
Maulana ini adalah barang yang sudah reject, penuh noda, warna pudar, dan
lainnya. Lalu, toko ini
menjadikan sisaan thrifting itu dikelola kembali bagi penampung dan dijual
lebih murah dijualkan pada
offline store.
Pengunjung ada
yang datang dari luar kota untuk ke
Pasar Senen karena tertarik dengan
terkenalnya thrifting-an,
salah satunya Ibu Novi dari
Purwekerto untuk membeli bahan thriftingan dan menjualkannya kembali karena memiliki lapak tersendiri, juga lewat online shop seperti
Instagram dan Facebook.
Selain itu banyak dari kalangan anak muda yang datang hanya untuk
mencari pakaian sebagai kebutuhannya, tergiur dengan harga murah dan juga masih
layak dipakai. Hal ini menjadi dukungan dan gerakan untuk merayakan keberagaman
fashion tanpa harus membayar mahal.
”Aku belanja untuk kebutuhan pribadi saja, menurut aku
karena thrifting itu unik ya tidak sama kaya orang lain serta lebih murah
harganya. Murah kalo kita pinter-pinter cari kan beli baru bisa ratusan ribu
jadi mahal.” Ujar Dian sebagai Pembeli.
Walaupun sudah populer dikalangan
masyarakat, sangat
disayangkan dengan adanya permasalahan thrifting mau ditutup. Situasi Pasar Senen saat ini memang tidak terlalu
ramai seperti tahun sebelum-sebelumnya, semenjak pandemi dan ada kejadian yang
dilarang atau mau ditutup sebagian orang yang suka ke pasar senen atau pedagang
mendengarnya merasa kebingungan menjadi kondisi yang berbeda.
“Ya kalo mau ditutup kenapa tidak dari dulu saja,
karena thrifting dari tahun 2000-an sudah berdiri. Misalkan baru mau ditutup
sekarang ya sangat disayangkan semoga saja tidak benar terjadi. Jika benar, dan
menjadi kebaikan bagi masyarakat Indonesia thrifting ditutup yasudah mau
bagaimana lagi.” Ungkap Syahid Maulana. Hal tersebut menjadi suatu opini
terkait dampak sosial untuk thrifting karena hilangnya ruang untuk mencari
barang-barang unik dan terjangkau.
Selain itu, menjadi turun peningkatan minat pembeli
terhadap thrifting. “Aku gatau ya, itu beneran terjadi atau tidak karena saat
ini pasarnya masih dibuka jadi aku tetep kesini saja, ya bingung dan saying
kalau ditutup tidak bisa beli thrifting lagi.” Kata Dian.
Banyak pertimbangan untuk pemerintah terhadap permasalahan ditutupnya soal thriftingan, karena berdampak bagi masyarakat, bagaimana mencari strategi ini untuk tetap bertahan dan di tengah perubahan selera bagi konsumen.
Komentar
Posting Komentar